Kamis, 21 Februari 2013

Fly



Sempat terlintas di benakku , betapa tuhan tak adil padaku , tak adil pada hidupku .. haruskah ku akhiri semuanya ? , kubiarkan diriku berlalu bersama rasa kecewa yang ku pendam mendalam. Selama ini ku hanya tersenyum dalam diam , menangis dalam senyum , mencoba bertahan melawan perih dan terus mencaci Tuhan yang telah membuatku jadi seperti ini , membuatku kian tak berdaya , bersama semua kekuranganku , semua yang tak ku miliki seperti remaja seusia ku.
        Pagi itu , aku duduk di teras rumah sambil menyeruput coklat panas yang di buatkan mama untukku , aku melihat senyum berseri teman-teman seusiaku , bergandengan tanagn melangkah beriringan menuju gerbang sekolah , saling melempar senyum saat berpapasan , saling bercanda satu sama lain , hal yang tak pernah ku dapatkan selama ini. Seragam yang mereka kenakan , putih biru adalah seragam yang tak pernah ku pakai sekalipun , aku hanya bisa memandang Dwi Adikku dengan pandangan iri saat ia pamit pada mama untuk kesekolah di tunggu di depan gerbang rumah oleh sebayanya , sungguh aku begitu iri.
        Sudah 3 tahun aku hanya duduk terpaku di kursi rodaku , bayangkan saja 3 tahun itu ku lalui dengan apa ? , hanya melihat , sedikit berbicara dan selebihnya aku tak pernah melakukan apa-apa.
Penyakit yang tiba-tiba melumpuhkanku , menyerangku di tengah malam itu semakin membuatku merasa menjadi bukan manusia seutuhnya , aku malu , takut menghadapi dunia , takut di ejek , di cemooh , dengan semua kekuranganku .Apa ada yang mau berteman dengan orang cacat sepertiku , orang yang hanya bisa bertahan hidup beberapa bulan lagi , penyakit leukemia ini sangat membebani psikisku Tuhan.
Aku hanya bisa hidup karena adikku Dwi , hanya dia yang selama ini telah memberikanku segalanya , dia yang telah memberikan sum-sum tulang belakangnya padaku , ketika itu aku bertemu dengannya seusai operasi. “ Dwi ? “, kataku  “ ya, ada apa kak ?”, ia balik bertanya . “ apa kau kesakitan ?”, kataku padanya , ia Nampak seperti orang yang sedang berhadaoan dengan kematian, air matanya tertahan di pelupuk matanya tanpa bisa menderas di hadapanku , dia hanya tersenyum dan berkata “takkan ada kurasakan sakit , tidurlah ,, lanjutkan mimpimu esok hari “. Katanya padaku dengan senyumyang indah dan dia adalah malaikat dalam hidupku. Dia telah memberikan segalanya padaku , aku tahu semua itu akan berakibat fatal baginya di masa depan , tapi dia melakukannya untukku ,,
        Dan hari ini , ku putuskan untuk mengakhiri semuanya , mengakhiri penderitaan psikisku dank an kubiarkan Dwi melanjutkan hidupnya , kelak aku akan bertemu dengannya , dia akan jadi pramugari , ia akan terbang di antara awan-awan yang menjadi selimut dalam tidurku . Aku meneteskan air mata , seperti perasaanku tercabik , perih yang kuraskan amat mendalam , aku tersiksa Ya Allah , “ do you know that ? , this feel is bad L “ , kataku memaki diri sendiri ..
        Sekarang siapa yang peduli , aku masih terawang di antara kegalauanku , semua yang ada di hadapanku , apa harus ku akhiri agar tak ada yang tersakiti ?atau harus tetap ku lanjutkan bersama keyakinanku bahwa Allah ada di dekatku dan suatu saat akan menjamah do’aku , “ I NEED A MIRACLE , aku telah mempersiapkan diri untuk keajaiban ituh , adakah tersisa untukku ? “ , lalu ku pejamkan mataku , ku ingin semuanya terbang bersama anganku , fly , fly , fly …

                                        Ditha.agustus.2011            

0 komentar:

Posting Komentar

 

PD Nandaa Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez