Sempat terlintas di benakku , betapa tuhan tak
adil padaku , tak adil pada hidupku .. haruskah ku akhiri semuanya ? ,
kubiarkan diriku berlalu bersama rasa kecewa yang ku pendam mendalam. Selama
ini ku hanya tersenyum dalam diam , menangis dalam senyum , mencoba bertahan
melawan perih dan terus mencaci Tuhan yang telah membuatku jadi seperti ini ,
membuatku kian tak berdaya , bersama semua kekuranganku , semua yang tak ku
miliki seperti remaja seusia ku.
Pagi
itu , aku duduk di teras rumah sambil menyeruput coklat panas yang di buatkan
mama untukku , aku melihat senyum berseri teman-teman seusiaku , bergandengan
tanagn melangkah beriringan menuju gerbang sekolah , saling melempar senyum
saat berpapasan , saling bercanda satu sama lain , hal yang tak pernah ku
dapatkan selama ini. Seragam yang mereka kenakan , putih biru adalah seragam
yang tak pernah ku pakai sekalipun , aku hanya bisa memandang Dwi Adikku dengan
pandangan iri saat ia pamit pada mama untuk kesekolah di tunggu di depan
gerbang rumah oleh sebayanya , sungguh aku begitu iri.
Sudah
3 tahun aku hanya duduk terpaku di kursi rodaku , bayangkan saja 3 tahun itu ku
lalui dengan apa ? , hanya melihat , sedikit berbicara dan selebihnya aku tak
pernah melakukan apa-apa.
Penyakit yang tiba-tiba melumpuhkanku ,
menyerangku di tengah malam itu semakin membuatku merasa menjadi bukan manusia
seutuhnya , aku malu , takut menghadapi dunia , takut di ejek , di cemooh ,
dengan semua kekuranganku .Apa ada yang mau berteman dengan orang cacat
sepertiku , orang yang hanya bisa bertahan hidup beberapa bulan lagi , penyakit
leukemia ini sangat membebani psikisku Tuhan.
Aku hanya bisa hidup karena adikku Dwi , hanya dia
yang selama ini telah memberikanku segalanya , dia yang telah memberikan
sum-sum tulang belakangnya padaku , ketika itu aku bertemu dengannya seusai
operasi. “ Dwi ? “, kataku “ ya, ada apa
kak ?”, ia balik bertanya . “ apa kau kesakitan ?”, kataku padanya , ia Nampak
seperti orang yang sedang berhadaoan dengan kematian, air matanya tertahan di
pelupuk matanya tanpa bisa menderas di hadapanku , dia hanya tersenyum dan
berkata “takkan ada kurasakan sakit , tidurlah ,, lanjutkan mimpimu esok hari
“. Katanya padaku dengan senyumyang indah dan dia adalah malaikat dalam
hidupku. Dia telah memberikan segalanya padaku , aku tahu semua itu akan
berakibat fatal baginya di masa depan , tapi dia melakukannya untukku ,,
Dan
hari ini , ku putuskan untuk mengakhiri semuanya , mengakhiri penderitaan
psikisku dank an kubiarkan Dwi melanjutkan hidupnya , kelak aku akan bertemu
dengannya , dia akan jadi pramugari , ia akan terbang di antara awan-awan yang
menjadi selimut dalam tidurku . Aku meneteskan air mata , seperti perasaanku
tercabik , perih yang kuraskan amat mendalam , aku tersiksa Ya Allah , “ do you
know that ? , this feel is bad L
“ , kataku memaki diri sendiri ..
Sekarang
siapa yang peduli , aku masih terawang di antara kegalauanku , semua yang ada
di hadapanku , apa harus ku akhiri agar tak ada yang tersakiti ?atau harus
tetap ku lanjutkan bersama keyakinanku bahwa Allah ada di dekatku dan suatu
saat akan menjamah do’aku , “ I NEED A MIRACLE , aku telah mempersiapkan diri
untuk keajaiban ituh , adakah tersisa untukku ? “ , lalu ku pejamkan mataku ,
ku ingin semuanya terbang bersama anganku , fly , fly , fly …
Ditha.agustus.2011